Minggu, 21 Februari 2010

PONOROGO PADA JAMAN SEBELUM MAJAPAHIT DAN JAMAN MAJAPAHIT


1. KERAJAAN WENGKER SEBELUM MAJAPAHIT
Menurut tradisi, babad, dan pendapat para sarjana bahwa Ponorogo pada jaman
dahulu dikenal dengan nama wengker. Untuk memberi gambaran tentang perjalanan
Wengker pada masa lalu perlu kiranya menengok beberapa peristiwa sejarah yang
mendahuluinya, sebagai berikut ini :
Pengaruh India pada abad-abad pertama tarik Masehi telah nampak di Jawa Timur
yaitu di daerah Jember ditemukan patung kesenian Amarawati. Namun di daerah terlindung
seperti Jawa Tengah pengaruh India dapat melahirkan kebudayaan tinggi
Masa-masa kebesaran kerajan di Jawa Tengah terjadi Pada abad VIII dan IX,
sedangkan di Jawa Timur belum ada kerajaan yang besar. Di Jawa Timur telah timbul
beberapa pusat kerajaan yang belum berdaulat antara lain Kerajaan Kanuruhan, dan
Kanjuruhan seperti yang tertulis dalam prasati Dinoyo dengan angka tahun 760 Masehi.
Sejarah perkembangan kerajaan –kerajaan di Jawa Timur termasuk Wengker telah ada yang
menjadi pusat pemerintahan walaupun masih dikatakan terbatas
Perhubungan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur baru mengalami perubahanperubahan
besar pada sekitar tahun 900 Masehi. Yaitu pada waktu Raja Balitung naik tahta
di Medang Jawa Tengah. Balitung mendapat kekuasaan berkat perkimpoiannya dengan Putri
Rajakula di Jawa Tengah. Kekuasan Balitung meliputi wilayah Jawa tengah dan Jawa
Timur. Balitung dan pengganti-penggantinya sampai Raja Wawa masih berkeraton di Jawa
tengah.
Perpindahan kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, menurut Prof. Dr. Gde
Casparis dapat disebabkan oleh hal-hal berikut
Raja –raja lama seperti Balitung sampai dengan Wawa lebih mementingkan Jawa Timur
daripada Jawa Tengah karena pentingnya perdagangan, antar pulau saat itu
Pemimpin-pemimpin di jawa menghadapi serangan-serangan dari Sriwijaya dan
memutuskan membela bagian-bagian kerajaan yang dipentingkan untuk masa depan
seperti lembah rendah Sungai Brantas
Empu Sindok naik tahta kerajaan Medang tahun 929 M. Mpu Sindok sebelum
menjadi raja pernah menjabat Muhamantri I Halu dan I Hino pada masa Raja Tulochong dan
masa Raja Wawa
Perlu diketahui bahwa pertentangan antara Sriwijaya dan Jawa Timur telah
berlangsung sejak 925 M. dan berlanjut kurang lebih satu abad sampai jaman Airlannga. Hal
ini terjadi karena hubungan serta perdagangan di Jawa Timur semakin maju dan Sriwijaya
iri kemudian ingin mengambil tindakan kepada kerajaan di Jawa Timur 3
Untukmencapai tujuan tersebut pada tahun 928 M. Sriwijaya mengirimkan pasukan
Melayu dari daerah Jambi untuk membasmi pusat-pusat kekuatan di Jawa Timur.
Pasukan pasukan tersebut sampai dekat Nganjuk menderita kekalahan oleh lasakar yang dipimpin
Mpu Sindok ( Prasasti Sindok/Jayastamba di Anjuk ladang tahun 937 M )
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kegagalan penyerangan Sriwijaya
pertama pada waktu pemerintahan Mpu Sindok
Dari berita Cina dijelaskan bahwa pada tahun 990 M. Dharmawangsa mengadakan
serangan Sriwijaya. Ia menguasai beberapa daerah di pantai Sriwijaya sehingga hubungan
Sriwijaya dengan daerah luar tertutup. Hal ini juga dijelaskan oleh Prof. Dr. G. de Carparis
dalam pidatonya pada tahun 1958 yang maksud penyerangan tersebut merupakan bentuk
pembelaan terhadap ancaman Sriwijaya. Di samping itu Jawa membuka hubungan resmi
dengan Tiongkok tahun 1922 M

Wengker dalam perjalanan Sejarahnya antara lain :

a. Pada awal abad XI
Pada tahun 1016 kerajaan dharmawangsa secara tiba-tiba serangan dari sriwijaya
sehingga raja Dharmawangsa dan seluruh pembesar istana tewas. Peristiwa ini dikenal
dengan “ Pralaya “ atau kehancuran. Satu-satunya yang berhasil meloloskan diri ialah
Airlangga. Anak Mahendradatta yang saat itu melangsungkan perkimpoiannya dengan Putri
Dharmawangsa
Dalam prasasti Kalkuta ialah Prasati Airlannga disebutkan bahwa RI Prahara Haji
wurawari maso mijil sangka Lwaran. Artinya : pada waktu terjadinya kekacauan ( Prahara ).
Haji wurawari muncul dari Lwaran.
Kesan yang kita terima bahwa kerajaan Dharmawangsa dimusnahkan oleh Raja Wurawari.
Di mana letak Wurawari ada beberapa pendapat :
Menurut Moh. Hari Soewarno letak Wurawari di Jawa Timur menurut Prof. Dr. G .de
Casparis di Semenanjung Malaka, sedang menurut Buku Sejarah Nasional II. Marwan
Djoened P. Terletak di Banyumas Jawa tengah termasuk juga Lwaran terletak di pantai
Bengawan Solo sebelah selatan Cepu di samping itu pula para sarjana yang berpendapat
Wurawari terletak di sekitar Tegal
Tentang penyerangan kerajaan Dharmawangsa oleh raja Wuwawari ada juga yang
berpendapat bahwa karena iri dan kegagalannya memperistri mahkota raja Dharmawangsa
Pendapat lain yang juga mungkin benar adalah persekutuan antara kerajaan
sriwijaya. Wurawari serta Wengker dan sekutunya yang menjadi bawahan Dharmawangsa
ingin menghancurkan kerajaan Medang/Dharmawangsa
Jadi, kesimpulan yang dapat kita tarik dari uraian di atas ialah :
a. Ketertiban Wengker bersama sekutunya menyerang Dharmawangsa dilandasi oleh
politik ekspansi/perluasan kekuatan baru di Jawa timur sehingga mendesak kerajaankerajan
kecil yang telah lama ada
b. Kemajuan dan perkembangan ekonomi yang menjadi persaingan kekuatan antar
kerajaan
c. Adanya rasa dendam yang berkepanjangan seperti masalah-masalah gagalnya
persuntingan serta perebutan tahta kerajaan
Persuntingan wengker dan sekutunya tentu perjuangan tersebut memiliki nilai-nilai
patriotis dan herois tersendiri

b. Perjuangan Wengker pada jaman Airlangga

Prasasti pucangan menyebutkan tahun 952 Saka atau 1030 M. Airlanngga
mengalahkan Haji Wengker yang bernama Panuda yang hina seperti Rawana
(AdnamaPanuda). Raja ini lari meninggalkan keratonnya di Lewa. Tetapi dikejar terus ke
Desa Galuh bagian Barat dan pada tahun 953 Saka atau 1031 M. anaknya dapat dikalahkan
dan keratonnya dihancurkan tidak tersisa, di bagian lain prasati berbunyi “ Haji Wengker
memberontak lagi “. Meskipun daerahnya selalu didatangi tentara raja pada tiap bulan Asuji,
tahun 957 Saka atau 1031 M Haji wengker meninggalkan keratonnya di Tapa dan melarikan
diri di daerah yang sulit dicapai. Meninggalkan anak istri kekeyaan dan emua kendaraan
kerajaan. Beru pada tahun 959 Saka atau 1037 M, ia dapat di tangkap di Kopang. Dijelaskan
bahwa Airlangga menyerbu ke arah barat dengan tentaranya yang tidak terbilang banyaknya.
Rajanya bernama Wijaya ( Warma ) dengan taktik Visnugupta, Raja Wijayawarma
ditangkap oleh rakyatnya sendiri lalu dibunuh.
Haji wengker yang diserang pada tahun 1030 M adalah keturunan Wijaya. Jadi, Haji
Wengker bersifat mempertahankan diri, sedangkan Airlangga yang agresif untuk mencapai
tujuannya yaitu membalas dendam kematian Dharmawangsa. Ayah mertuanya dalam
peristiwa “ Pralaya “
Airlangga dan pemerintahannya bercita-cita mencapai tujuan untuk menyelamatkan
“ Dharma “ menciptakan kembali Negara yang dimusnahkan Wurawati termasuk
menghapuskan aib dan dan derita yang dialami kerajaan mertuanya serta menghilangkan
segala hal yang menghancurkan, bersifat memelihara seperti Dewa Wisnu.
Menjawab pertanyaan siapa raja Wengker pada zaman pemerintahan Airlangga, P.V
Stein Callenfels menyatakan bahwa musuh Airlannga yang paling berbahaya adalah Raja
Wengker yang bernama Wijaya. Setelah dikalhkan oleh Airlangga. Wijaya mengundurka
diri untuk bertapa. Dengan kemenangan ini, berakhirlah peperangan yang dilakukan oleh
Airlangga.
Disamping itu juga ada pendapat lain dari Dr. N.J Krom yang menyatakan
Wijaya Raja Wengker dihalau oleh Airlangga. Lari dan meninggalkan keluarganya ke Kopang tahun 1035 M.
Dari dua pendapat terakhir ini juga nampak bahwa Kerajaan Wengker selalu menjadi
sasaran penyerangan Airlangga. Ini berarti pula bahwa kerajan Wengker sejak dahulu kala
merupakan kekuatan yang disegani dan tidak nampak sebagai kerajaan yang lemah bahkan
tidak agresor, namun bertahan untuk membela wilayah. Sikap dan tindakan Wengker
bersama sekutunya merupakan musuh besar Airlangga di Jawa Timur seperti ini adalah
wajar karena wengker memang kerajan yang tua dan telah ada sebelum berdirinya kerajaan
Dharmawangsa maupun kerajaan Airlangga di Jawa Timur.
Dengan demikian sejak perpindahan kerajaan Mpu Sindok dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur dan berdirinya kerajaan Dharmawangsa sampai kerajaan Airlangga. Rupanya
menjadi sumber penyebab kerajaan tua di Jawa Timur terancam baik dari segi politik,
perluasan kekuasaan maupun ekonomi. Yang demikian itu, wajar ditinjau dari adanya rasa
cinta dan kepentingan pengabdian daerahnya kepada Bumi Wengker yang mendarah daging.
Berarti pula, kokoh kuatnya patriotis dan herois yang akan berlanjut pada masa-masa
berikutnya. Disamping itu menunjukkan bahwa politik ekspansif/perluasan wilayah dan
kekuasaan saat itu bertentangan dengan jiwa dan kepribadian Wengker.

2. KERAJAAN WENGKER PADA JAMAN MAJAPAHIT


Di atas telah disinggung tentang perjalanan sejarah Wengker pada jaman Mpu

Sindok. Dharmawangsa serta pada jaman pemerintahan Airlangga walaupun hanya selintas
dan nampak terputus-putus, telah memberi gambaran bahwa sebenarnya eksistensi Wengker
tetap ada dengan pasang surutnya. Bahkan dapat dikatakan sejak jaman Airlangga dulu tidak
terdapat peperangan atau persengketaan di Wengker. Dengan kata lain termasuk tenteram,
demikian menurut babad Ponorogo
Pada masa-masa itulah justru Wengker menata diri, walaupun sebenarnya
sepeninggal Airlangga di luar Wengker selalu terjadi perselisihan dan perebutan kekuasaan
atau tahta kerajaan. Demikian pula yang terjadi pada awal dan akhir Majapahit
Di atas telah disinggung bahwa setelah kerajaan Airlangga terbagi menjadi dua yaitu
kediri/Panjalu dan Jenggala, situasi sudah tidak stabil, kesempatan ini dipergunakan oleh
Wengker untuk menyusun kekuatan baru sehingga sampai dengan jaman Majapahit nama
wengker tetap masih ada dan jaya, justru terjalin hubungan yang saling menguntungkan.
Beberapa peristiwa penting yang membawa kehormatan dan kebesaran peranan
Wengker di jaman Majapahit di antaranya :
Pertama: Perkimpoian Bhre Wengker/Raden Kudamerta/Wijayarajasa dengan Adik
Tribuwana yang menjadi Bhre dengan nama Raja Dewi Maharajasa kimpoi dengan Kudamerta
yang menjadi Bhre Wengker dengan nama Wijayarajasa.
Hal ini berarti Wijayarajasa itu menantu Raden Wijaya
Beberapa peran yang menonjol dari wijayarajasa :
a. Kudamerta/Wijayarajasa dan Raja Dewi Maharajasa hadir dalam musyawarah
pengangkatan calon pengganti Patih Gajah Mada, diantara delapan tokoh yang diundang
pada tahun1364 M
b. Diangkatnya menjadi anggota Dewan Sapta Prabu
c. Anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1351 M
d. Berani dan mampu mengambil sikap tegas terhadap kesalahanyang dilakukan Gajah
Mada atas peristiwa Bubat
e. Mendapat penghargaan/piagam pembangunan bersama dengan Dyah Maharajadewi dari
Kepala Negara Tribuwana Tunggadewi 9
Kedua : Perkimpoian Hayam Wuruk Bhre Hyang Wekas ing Sukha/Rajasanegara dengan
paduka Sori/Putri Wijayarajasa/Raden Kudamerta/Bhre Wengker pada tahun
1357 M
Schrieke menyatakan “ Hayam Wuruk kurang lebih 1357 M mengawini Susumma dewi
alias Paduka Sori ( Anak perempuan Wijayarajasa Raja Wengker, yang juga paman Hayam
Wuruk ). Jadi pada jaman Hayam Wuruk peranan Wengker begitu besar dengan rajanya
Wijayarajasa.

Dalam buku SNI jilid II halaman 437 disebutkan

Berhubung dengan meninggalnya Putri Sunda dalam peristiwa di Bubat Hayam wuruk
kimpoi dengan Paduka Sori anak Bhre Wengker Wijayarajasa, Bibi Hayam
Wuruk.
Peristiwa tersebut merupakan perkimpoian keluarga karena saudara sepupu, Ibu Hayam
Wuruk ( Tribuwana Tunggadewi ) adalah kakak perempuan Ibu Paduka Rajadewi
Maharajasa/Bhre Dhaha
Hyam Wuruk dan Paduka Sori keduanya cucu Raden Wijaya ( Kertarajasa Jayawardana )
Peristiwa tersebut dapat menutup aib dan rasa malu jatuhnya Prestise Majapahit di masa
Nusantara ( Politik Nusantara ) karena peristiwa perang Bubat
Ketiga : Setelah interregnum/ kekosongan kekuasaan tiga tahun lamanya pada tahun : 456
M tampillah Dyah Suryawikrama Girishawardana menaiki tahta kerajan
Majapahit. Ia adalah salah seorang anak Dyah Kertawijaya semasa pemerintahan
ayahnya menjadi Raja daerah Wengker. ( Bathara ing Wengker ).
Didalam paraton ia disebutkan dengan nama gelarnya Bhre Hyang Purwawisesa dan
memerintah selama sepuluh tahun dari 1456-1466 Masehi

Apakah Wijayarajasa itu Bhre Wengker ?

Benar, Wijayarajasa itu adalah Bhre Wengker atau Raden Kumadetta yang menjadi
raja yang berkedudukan di Wengker dan berperan di Majapahit
Hal itu terbukti dari kitab Negara Kertagama yang menyebutkan Priya Haji Sang Umunggu
I Wemgker bangun Hyang Upandrannun ( Napari Wijayarasa popamana parama-ajnottama)
Dalam hal ini Negara kertagama menunjukkan bahwa yang membangun kerajaan adalah
Wijayarajasa sebagi raja pertama.
Disini terdapat perbedaan yakni tentang persamaan nama. Pada jaman Airlangga.
Raja Wengker bernama Wijaya sampai pada jaman majapahit ( Hayam Wuruk ) masih
disebut Wijayarajasa.
Atau mungkin untuk Wengker memang rajanya disebut Wijaya, sama halnya dengan
Majapahit yang menggunakan nama Brawijaya sejak dari pertama sampai penghabisan
Masih ada sumber lain yakni Pararaton yang menceritakan bahwa Raden Kudamerta
kimpoi denga Bhre Dhaha. Raden Kudamerta di Wengker dengan nama Bhre Parameswara
dari Pamoran yang dikenal dengan nama Wijayarajasa. Juga diterangkan bahwa Bhre
Parameswara dari Pamoran meninggal dunia tahun 1310 Saka dan dimakamkan di Manar
dengan nama Wisnubhawana. Kalau mengingat sumber paraton yang menyebutkan Bhre
Parameswara yang juga disebut Wijayarajasa meninggal tahun 1380 M jelas menunjukkan
bahwa yang dimaksud Wijayarajasa pada jaman pemerintahan Hayam wuruk
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa perkimpoian Hayam wuruk dengan putri raja
Wengker berlangsung tahun 1357. jadi, ia meninggal 31 tahun setelah mengawinkan anaknya.

Masalah Perkimpoian

Sekarang timbul pertanyaan, apakah perkimpoian itu perkimpoian politik atau
perkimpoian keluarga ?
Dr. N.J Krom mengemukakan bahwa untuk pergi ke Bubad disamakan
dengan pendapat Wengker. Seperti telah diketahui bahwa perang Bubad terjadi sebagai akibat perkimpoian politik yakni salah satu cara dari kerajaan Majapahit untuk menakhlukkan kerajaan bawahan di sekitarnya.
Kalau yang dimaksud oleh Dr. N.J Krom init tentang perkimpoian politik, menunjukakan bahwa pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk Wengker menjadi kekuasaannya Wengker saat itu masih cukup kuat.
Pendapat Dr. Th Pigeud yang mendasarkan pendapatnya pada kitab Negarakertagama sebagai
berikut : Dengan membandingkan dua kekuasaan yang cukup kuat yang sangat menarik yakni
antara Wengker. Dhaha dianggap sebagai bulan dan Majapahit. Singasari sebagai Matahari.
Pemerintahan bulan di atas bintang dan planet, sedangkan matahari, sebagiai pancaran sinar
keseluruhan. Majapahit sebagai pusat pemerintahan juga memperhatikan terhadap saingannya.
Inilah perbandingan yang menarik dualisme Jawa = bulan dan matahari
Menurut Dr. Th Pigeud Wengker-Dhaha dianggap sebagai rivalnya (saingannya) kondisinya
saat itu masih cukup kuat
Prof. Moh Yamin di dalam melukiskan kebenaran Batari Wengker ini, mengubah dalam
sajaknya sebagai berikut :

Bathara Wengker

( selanjutnya perintah sang Prabu diiringi pula oleh perintah Seri Paduka Bathara
Wengker )
Nan terbantu oleh keberanian yang dimilikinya dan yang dimuliakan oleh mereka yang
mempunyai sifat-sifat yang baik
Yang bersifat baik terutama tentang kebijaksanaannya yang diperbuat oleh tingkah
lakunya sendiri
Nan berhati sanubari melebihi indahnya hal berbicara atas nama orang yang beriman
Nan hati sanubarinya terpisah dari kesombongan dan kecelakaan
Nan diketahui kebesarannya luar biasa jadi terpujilah oleh rakyat orang baik-baik
sehingga menjadi girang gembira
Nan bertugas kewajiban sendiri, yang tak diabaikan karena mereka diarahkan supaya
memperkuat garis turunnya sendiri
Nan bertegak gelar kerajaan berbunyi Grisyawardhana dan bernama kecil berbunyi Dyah
Suryawikrama
Mengingat tahun 1447 mungkin yang dimaksud Bathara Wengker adala Grisyawardhana
kalau itu benar, saat terjadi perang paregreg Wengker sudah berdiri belakangnya.
Jadi, menurut Pararaton yang sanggup memerintah tahun 1378 Saka sampai 1388 Saka adalah Bhre Wengker dengan nama Bhara Hyang Purwawisesasa sampai disini Wengker masih disebut-sebut.
Selanjutnya menurut Pararaton : Raja Majapahit sesudah Bhre Hyang Purwawisesa ialah
Bhre Pandan Salas memerintah-tahun 1388 Saka atau 1466 M sampai dengan tahun 1390 Saka atau tahun 1486 M, yang diganti oleh Raja Kertabumi, ayah Raden Patah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Budayaku Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template